Jenis Penampilan Vokal Solo/Tunggal
Bernyanyi merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi siapa saja yang sedang bahagia, sedih, atau pun dalam keadaan yang tidak menentu, karena dengan bernyanyi hati menjadi terwakilkan lewat alunan musik dan lirik lagu yang indah. Ada beberapa jenis penampilan bernyanyi yang sering kita lihat di televisi atau pun secara langsung di sebuah panggung.
Ada yang bernyanyi sendiri dengan diiringi musik dari CD, ada juga yang tampil dengan band lengkap, lalu ada juga yang bernyanyi bersama-sama lebih dari dua orang. Semua penampilan tersebut tentunya memiliki keunikan dan sisi menarik yang berbeda, karena memang dari segi persiapan dan sarana pun akan memiliki detail yang berbeda di setiap jenis penampilan. Jenis penampilan vokal solo/tunggal seringkali dinilai penampilan yang paling sederhana dan tidak banyak membutuhkan banyak sarana dan prasarana, padahal sebenarnya sama saja.
Setiap penampilan vokal solo justru memiliki beban yang lebih berat karena seluruh keberhasilan penampilannya sangat tergantung kepada sang vokalis atau penyanyi itu sendiri. Berikut ini adalah hal-hal yang harus benar-benar dipahami dan disiapkan seorang vokalis yang akan bernyanyi solo/tunggal.
Warna suara/timbre
Bunyi atau suara satu siswa berbeda dengan siswa yang lainnya, hal ini dikarenakan getaran-getaran yang dihasilkan bentuk masingmasing pita suaranya berbeda. Perbedaan ukuran pita suara merupakan pemberian dari Tuhan yang akan menghasilkan frekuensi suara masing-masing juga. Dari perbedaan inilah dihasilkan warna suara yang berbeda. Warna suara ini jika dilatih dengan teknik vokal yang benar akan menghasilkan karakter vokal yang kuat.
Wilayah Nada
Kemampuan seseorang dalam mencapai ketinggian dan rendahnya nada menyebabkan seseorang memiliki wilayah nada tertentu. Setiap orang memiliki wilayah nada yang berbeda-beda sesuai dengan ketebalan pita suara yang dimilki juga upaya seseorang itu dalam mengolah teknik vokalnya. Dengan kata lain, wilayah nada seseorang bisa bertambah dan berkurang sesuai dengan intensitasnya dalam berlatih olah vokal. Berikut ini pengelompokan wilayah nada sesuai ambitusnya.
Suara anak-anak:
Wilayah nada suara laki-laki dan perempuan pada usia anakanak mempunyai ketinggian yang sama. Perbedaan akan terjadi ketika anak laki-laki beranjak dewasa, ada perubahan wilayah nada berdasarkan perubahan fisik yang mereka alami, misalnya tumbuhnya jakun di leher laki-laki. Batas wilayah nada yang dimiliki anak-anak adalah sebagai berikut.
a. Suara anak-anak tinggi, wilayah nadanya c’ – f’
b. Suara anak rendah, wilayah nadanya a – d’’
Suara wanita:
a. Sopran = Suara tinggi wanita, wilayah nadanya c’- a’’
b. Mezo Sopran = Suara sedang wanita, wilayah nadanya a – f’’
c. Alto = Suara rendah wanita, wilayah nadanya f – d’’
Suara pria:
a. Tenor = Suara tinggi pria, wilayah nadanya c – a’’
b. Bariton = Suara sedang pria, wilayah nadanya a – f’
c. Bass = Suara rendah pria, wilayah nadanya f – d’
Pengetahuan tentang wilayah nada ini benar-benar harus diketahui oleh siswa yang akan bernyanyi, jangan sampai siswa memaksakan menyanyikan lagu dengan nada dasar yang di luar jangkauan wilayah nada yang dimilikinya. Jika dipaksakan, maka suara akan terdengar sumbang bahkan bisa merusak pita suara.
Teknik Vokal
Bernyanyi merupakan kegiatan yang menyenangkan baik bagi pendengarnya maupun bagi penyanyinya sendiri. Seseorang yang bernyanyi dengan menggunakan teknik vokal yang benar niscaya dia akan menghasilkan suara yang baik dan layak didengar.
Sikap Bernyanyi
Bernyanyi yang baik harus diawali dengan sikap bernyanyi yang baik pula, karena sikap berdiri yang baik ini dapat memaksimalkan tenaga untuk bernyanyi. Berikut ini cara berdiri yang baik pada saat bernyanyi.
- Badan tegak dan rileks, kaki dibuka sedikit.
- Berat badan bertumpu di kedua kaki dengan seimbang.
- Dada dibusungkan tapi tetap rileks.
- Pandangan lurus ke depan.
- Posisi tangan rileks di samping kiri kanan.
Pernapasan Diafragma
Pernapasan yang dianjurkan digunakan pada saat bernyanyi yaitu pernapasan diafragma. Di dalam diafragma ini, terdapat otot yang jika terus dilatih dengan olah napas akan menjadi lebih kuat sehingga dapat memperpanjang durasi keluarnya napas kita pada saat bernyanyi.
Otot diafragma ini juga dapat menjadi sumber tenaga yang besar untuk mencapai nada tinggi dan menambah tenaga, pada saat bernyanyi. Jika pada saat bernyanyi olah pernapasan dan sumber tenaga bermuara di diafragma, maka suara juga akan lebih bulat dan bening. Selain itu, tenggorokan kita tidak akan terasa sakit dan mudah lelah. Berikut ini tahapan berlatih olah pernapasan diafragma.
- Ambil napas melalui hidung atau mulut, bayangkan seperti mencium bau parfum dengan lembut, lalu udara langsung masuk ke ruang diafragma dan seketika otot diafragma akan mendesak ke bagian depan dan seluruh udara menyebar di diafragma sampai ke samping dan bagian belakangnya.
- Tahan napas tersebut kira-kira 5 detik, rasakan benar otot diafragma makin kencang
- Lalu, keluarkan napas tersebut dengan lembut, mengeluarkan suara desis halus dan rata sambil dihitung berapa detik siswa dapat menghabiskan napas dengan desis tersebut. Suara desis ini bisa diganti dengan suara menyerupai lebah misalnya zzzz… atau tiupan ffffff…. yang penting keluarnya udara rata dan stabil.
- Ulangi beberapa kali latihan di atas sambil berupaya agar banyaknya hitungan desis yang dikeluarkan semakin banyak setiap kali berlatih. Semakin bertambah durasinya, berarti kekuatan otot diafragma siswa pun bertambah kuat.
Setelah terbiasa melakukan olah pernapasan seperti di atas, mulailah untuk memproduksi suara pada saat bernyanyi dengan sumber tenaga dari kekuatan otot diafragma.
Resonansi
Dalam bernyanyi, seseorang harus dapat menggemakan suara dengan cara menempatkan sumber suara agar suara lebih keras pada saat dikeluarkan dan sampai kepada pendengar. Proses menggemakan suara ini disebut dengan resonansi.
Ada 3 jenis resonansi atau tempat memantulkan sumber bunyi sesuai fungsinya, yaitu:
- Resonansi Dada, Memantulkan sumber bunyi pada bagian dada akan menghasilkan suara rendah. Jika akan memproduksi suara yang rendah, hendaklah menggunakan resonansi dada agar nada rendah dapat dicapai dengan tepat dan halus.
- Resonansi Hidung, Memantulkan sumber bunyi pada bagian wajah seputar hidung yaitu meliputi tulang rahang mulut sampai ke pipi, akan menghasilkan suara sedang yang tepat dan halus. Selain itu juga, kerja tenggorokan tidak terlalu berat dan tidak mudah lelah. Suara yang dihasilkan pun akan terdengar lebih bening dan bersih.
- Resonansi Kepala, Memantulkan sumber bunyi pada bagian kepala akan menghasilkan suara tinggi dan halus. Untuk dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tepat dan halus, resonansi kepala ini harus juga di-support dengan kerja otot diafragma yg maksimal juga. Jangan sekali-kali memaksakan memproduksi suara tinggi di tenggorokan, karena sudah pasti nadanya tidak akan sampai dengan tepat, suara tidak bening dan akan terasa sakit di tenggorokan, dan jika hal ini sering dilakukan maka akan merusak kualitas pita suara.
Setelah mengetahui jenis resonansi, hendaknya siswa membiasakan bernyanyi dengan menggunakan resonansi yang tepat sesuai kebutuhan nada yang ingin dicapai.
Artikulasi dan Gerak Mulut
Bernyanyi yang baik tidak bisa terlepas dari pengucapan kata-kata yang ada pada lirik lagu dengan jelas.
Phrasering/Pengkalimatan
Phrasering atau pengkalimatan merupakan teknik vokal yang mengatur tentang pengelompokkan kalimat di mana vokalis dapat mengambil napas pada setiap jeda antarkalimat. Pengkalimatan ini hendaknya dilakukan sebelum memulai bernyanyi, beri tanda pada jeda antarkalimat sehingga ketika bernyanyi siswa akan tepat mengambil napas sesuai makna lagu.
Ekspresi (Mimik dan Gestur)
Pada saat bernyanyi, hendaknya siswa memberikan ekspresi sesuai dengan tema lagu. Dengan begitu, makna lagu akan lebih mudah diterima oleh pendengar. Ekspresi meliputi mimik wajah dan gestur atau gerak tubuh.